Senin, 27 Oktober 2014

Just In Time (Manajemen Operasional)

JIT (JUST IN TIME)


Pengertian Just In Time (JIT) / Definisi dan Konsep JIT
JIT 
(just-in-time) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi.
Tujuan strategis JIT adalah :
  1. Meningkatkan laba
  2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :
  1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan
  2. Meningkatkan mutu
  3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah  (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)
  4. Memperbaiki kinerja pengiriman.
JIT pemanufakturan didasarkan pada konsep :
  • Hanya memproduksi produk sejumlah yang diminta oleh konsumen (tepat  kuantitas)
  • Memproduksi produk bermutu tinggi
  • Memproduksi produk berbiaya rendah
  • Memproduksi produk berdaur waktu yang tepat
  • Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu
JIT pembelian  didasarkan pada konsep :
  • Hanya membeli sejumlah barang yang diperlukan untuk produksi
  • Membeli barang bermutu tinggi
  • Membeli barang berharga murah
  • Pengiriman barang yang dibeli tepat waktu
JIT mempunyai empat aspek pokok yaitu sebagai berikut :
  1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau kepuasan konsumen harus dieliminasi
  2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu menjadi lebih tinggi
  3. Selalu diupayakan penyempurnaan berkesinambungan
  4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan pemahaman terhadap aktivitas
Elemen-elemen Kunci JIT 
  1. Tingkat persediaan yang minimal
    Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
    • Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
    • Jumlah penanganan bahan baku
    • Jumlah persediaan yang usang.
  2. Pembenahan Tata Letak Pabrik
  3. Arus Lini
    Jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.
  4. Pengurangan Setup Time
    Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
  5. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
    TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.
  6. Tenaga kerja yang fleksibel
Keuntungan dan kelemahan sistem JIT 
  • Keuntungan JIT
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
  • Kelemahan JIT
satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional

Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional
JITTRADISIONAL
  1. Sistem tarikan
  2. Persediaan tidak signifikan
  3. Basis pemasok sedikit
  4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok
  5. Pemanufakturan berstruktur seluler
  6. Karyawan berkeahlian ganda
  7. Jasa terdesentralisasi
  8. Keterlibatan karyawan tinggi
  9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas
10.  Total quality control (TQC)
  1. Sistem dorongan
  2. Persediaan signifikan
  3. Basis pemasok banyak
  4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok
  5. Pemanufakturan berstruktur departemen
  6. Karyawan terspesialisasi
  7. Jasa tersentralisasi
  8. Keterlibatan karyawan rendah
  9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
10.Acceptable quality level (AQL)
  1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan
    Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.
    System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.
  2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan
    Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.
  3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
    JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.
  4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
    JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.
  5. Struktur seluler dibanding struktur departemen
    Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah.  Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.
  6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
    System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
  7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
    System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.
  8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
    Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.
  9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
    System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.
  10. TQC dibanding AQL
    TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen. AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.
JIT Pembelian

Pembelian JIT adalah system pembelian barang berdasar tarikan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. Berdasar system tarikan, barang yang diterma dari pembelian segera digunakan untuk memenuhi permintaan pembeli pada perusahaan dagang atau segera digunakan untuk memeniuhi permintaan produksi pada perusahaan manufaktur. Dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol.
JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktifitas pembelian dengan cara :
  • Mengurangi jumlah pemasok
    Bagi suatu perusahaan pengurangan jumlah pemasok dapat mengurangi waktu dan biaya bernegosiasi dengan para pemasok.
  • Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
    Pengurangan waktu dan biaya bernegosiasi dapat dilakukan karena:
  • Jumlah pemasok menjadi sangat sedikit
  • Kontrak pembelian jangka panjang dengan para pemasok JIT
  • Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan
    • Rencana pembelian yang matang adapat memberikan informasi kepada para pemasok mengenai persyaratan mutu dan penyerahan barang.
    • Mengeliminasi aktifitas dan biaya yang tidak bernilai tambah
    • Dilakukan dengan penyediaan container yang terpasang di pabrik.
    • Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu
    • Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah, dan mutu barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu.
JIT Produksi

Produksi JIT adalah system produksi berdasar tarikan permintaan sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu, jumlah, dan bermutu tinggi dengan biaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :
  1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses
  2. Mengurangi atau meniadakan “LEAD TIME” (waktu tunggu)
  3. Mengurangi atau meniadakan “setup”
  4. Menyederhanakan pengolahan produk
Manufacturing Cycle Efficience ( MCE )

Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan atau diminimumkan pada setiap tahap produksi, maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing (MCE).
Persamaan MCE adalah :
MCE =     waktu proses     X  100%
Waktu tenggang
Waktu tenggang  =  Waktu proses + Waktu inspeksi + Waktu gerak + Waktu Tunggu +
Waktu Antri
Besaran MCE adalah : 0 < MCE ≤ 1, artinya MCE lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu. Jika waktu tidak bernilai tambah semakin mendekati nol maka besaran MCE akan semakin mendekati satu yang berarti semakin efisien, begitupun sebaliknya. Pada beberapa perusahaan manufacturing, MCE umumnya ± 10 %. Perusahaan manufacturing yang efisien MCE idealnya adalah 100%, artinya tingkat pemborosan pada setiap tahap produksi adalah 0%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar